oleh

Masa Pandemi Covid-19, Pengrajin Bordir Manual Dambakan Perhatian Pemerintah

-RAGAM-161 views

CIANJUR – Para pengrajin bordir manual di Cianjur kurang perhatian serius Pemerintah Daerah (Pemda) Cianjur, melalui dinas terkait, apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Kini, yang masih tetap bertahan bisa dihitung dengan jari. Khususnya di Cianjur, sedikit ada sekitar 10 orang pengrajin.

“Terutama yang masih bertahan (produksi) menggunakan mesin manual kang,” kata Yusuf Syaripudin (50) seorang pengrajin bordir warga Gg. Cikidang, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, Senin (12/10/3020).

Artinya, masih ungkap Yusuf, butuh bantuan modal. Misalnya melalui program atau bantuan lainnya. Padahal, usaha bordir mesin manual dirintis para pengrajin tersebut, banjir pemasaran atau pesanan hingga ke luar negeri. Seperti, Malaysia, Arab Saudi.

“Bahkan tembus hingga sampai Belanda, bukan hanya di Cianjur atau Jawa Barat saja,” ucap Yusuf.

Ia berharap, ada program bantuan dari pemerintah setempat atau dinas terkait. Usaha yang ditekuninya itu merintis dari sejak tahun 1991, awalnya dari Tasik.

“Kalau pindah ke Cianjur, itu mulai tahun 1995. Buka di rumah bordir pakaian muslim awalnya,” ujar Yusuf.

Padahal, sebetulnya sedikit ada sekitar 10 pengrajin bordir mesin manual. Seperti berlokasi di Ramayana, Joglo, Cikaret, Muka, dan di Wisma Karya (Cikidang).

Yusuf menyambungkan, harusnya bisa dirangkul atau dilirik ada bantuan dari pemerintah melalui program tembus informasinya.

“Ya, minimal ada informasi dan sosialisasi dari pihak dinas terkait. Keinginan begitu sih kang,” bilangnya.

Sehingga, masih ujar Yusuf, mengetahui jalurnya harus kemana dan seperti apa aturan atau sistemnya bila hendak mau mengajukan program bantuan.

Ia mengakui, kalau bordir muslim perkembangan kurang bagus saat ini, lalu pindah mengerjakan produksi berbagai macam bordir.

“Sempat pindah-pindah tempat juga usaha. Pernah mencoba di Pasar Induk Cianjur (PIC), tapi sepi,” pungkasnya.

Terpisah, Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Disperindag Kabupaten Cianjur, Nana Rukmana mengatakan, aspirasinya akan ditampung. Silahkan lengkapi dulu, dan data ada berapa pengrajin bordir manual di Cianjur semuanya. Nanti akan disampaikan, lalu berbadan hukum dan lainnnya, tetap prosedural aturan harus ditempuh.

“Karena buat laporan, artinya keberadaannya ada,” terangnya.

Nana menyampaikan, harus resmi dan ada kelompok atau wadah. Sehingga jelas, dan pihaknya bisa memfasilitas secara bertahap.

“Karena selama ini belum ada catatannya masih belum terdata,” jelasnya.

Ia menyambungkan, nanti akan disampaikan, bahkan sudah dibahas. Bahwa pasar tersebut. Jadi tidak ada catatan di kedinasannya. Sehingga, jangan sampai nanti kalau itu disalah dinas juga.

“Kalau sudah mengetahui adanya para pengrajin bordir kan jelas, jadi bisa dipertimbangkan,” kata Nana.

Nana memaparkan, itu kan? Karena memang tempat atau lokasi gak resmi juga. Kalau stand apapun terkait masalah apa ada pengaduan, pihak tidak tahu soal itu.

Ditanya soal status atau lokasi PKL di Wisma Karya, Nana menyampaikan, sudah terdata ada sekitar 150, atau kalau tidak lupa sekitar 118 PKL usaha di lokasi tersebut.

Nana memaparkan, yang berjualan berbagai macam. Pihaknya juga berpikir, mungkin ada yang memfasilitasi. Dirinya juga siapa itu yang memfasilitasi kurang paham, gak mau berkomentar secara detail.

Terakhir Nana menambahkan, maksudnya, harus jelas gitu kan? Terus tempatnya resmi.
Menurutnya, tidak resmi tempatnya, yang disewakan saat ini,” pungkasnya Kabid Disperindag Kabupaten Cianjur ini.

“Karena hal itu soalnya masalah perut. Nah, sampai saat ini situasi dan kondisinya begitu-begitu saja,” tutupnya.(Die)

pasang iklan anda

Komentar

Berita populer