oleh

Miris, Kondisi Rumah Sang Juara Satu Liga Dangdut

-RAGAM-201 views

CIANJUR – Melihat kondisi keluarga sang juara satu Liga Dangdut Indonesia (Lida) tahun 2020, Meli Nuryani (16) seorang gadis desa, ternyata kehidupannya sederhana, bisa dikatakan keluarga tak mampu, (anak buruh tani).

Rumah panggung ukuran 5×14 meter, sang juara dangdut tersebut. Kini menjadi pusat perhatian. Karena mulai dikenal publik, tepatnya di Kampung Rawapatat (Singkup), Desa Sukamulya, Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur.

Camat Cikadu Yadi Supriyadi mengatakan, sejak pertama itu merasa terharu sekaligus bangga hati. Karena utusan Lida 2020 ada dari perwakilan desa dan kecamatannya. Khususnya Cianjur, dan berhasil meraih juara. “Saya akan terus menyimak perjalanan Lida tahun 2020 ini, mendoakan Meli masuk 10 besar Lida tahun ini,” papar Camat Cikadu.

Yadi menyampaikan, mewakili masyarakat Kecamatan Cikadu. Saat itu sudah merasa juara satu, karena kontestan banyak diikuti seluruh Indonesia ada sekitar 34 perwakilan dari berbagai provinsi.

Terpisah, ditanya soal kondisi rumahnya, pihaknya menyampaikan, sudah mengusulkan ketika Meli sudah masuk 10 besar. Itu rumahnya mau direhab, karena selaku pemerintah setempat harus peduli. “Perlu diakui memang keluaga Meli tergolong masuk kurang mampu,” katanya.

Ia menegaskan, adapun terkait pembangunan rumah orang tua Meli, kondisinya sudah tidak layak huni. Pemkab Cianjur mewakili pak bupati sudah koordinasi dengan dinas terkait akan segera dibangun. “Insyallah awal bulan Oktober ini akan segera direhab, termasuk pembangunan MCK dan lain lainnya. Mohon doanya,” tegasnya.

Bila menempuh rumah keluarga Meli, berjarak sekitar 6 jam perjalanan dari pusat kota Cianjur. Kawasan rumahnya bertofografi lereng dan lembah, dengan pemandangan Curug di sekitar tebing.

Sementara, Ade (60) ayah Meli mengakui, selain rumah panggungnya yang sudah keropos. Ia juga tak punya sumur dan bak mandi.

Setiap hari, sambung Ade, dirinya, harus membawa air ke sungai yang jaraknya cukup jauh untuk keperluan mandi, masak, dan minum. “Ya, kalau sehari-hari hanya di rumah mengandalkan pekerjaan tidak tetap menjadi buruh tani, bila ada yang menyuruh,” ujarnya saat dihubungi melalui Whatsapp, Jumat (2/10/2020).

Ia menambahkan, bukannya tak mau membuat sumur untuk keperluan sehari-hari. Tapi belum mampu, karena keterbatasan biaya. “Nah, untuk biaya sekolah Meli juga saya mengandalkan anak saya yang lainnya. Karena aktivitas selama ini paling mencangkul di sawah,” ujar Ade.

Ade mengaku, memiliki enam orang anak, Meli merupakan anak bungsunya. Dia bersyukur, setelah anaknya bisa menang dan mengharumkan nama baik Cianjur. 

Bahkan beberapa kali Ade mengucapkan terima kasih untuk semua warga Jawa Barat, telah mendukung anak gadis bungsunya (Meli) hingga kini menjadi juara. “Saya ucapkan terima kasih untuk semua warga Jawa Barat, telah mendukung. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan semuanya,” kata Ade.

Bila menempuh rumah keluarga Meli, berjarak sekitar 6 jam perjalanan dari pusat Kota Cianjur. Kawasan rumahnya bertofografi lereng dan lembah, dengan pemandangan Curug di sekitar tebing.

Menurutnya, sebagai orang tua, pasti selalu mendoakan. Dan, semoga Meli selalu rendah hati tidak sombong. Jangan lupa selalu menjalankan sholat yang lima waktu.

Ade menambahkan, dirinya serta keluarga sudah 9 bulan belum ketemu sama anak bungsunya. Hanya lewat telepon saja, sebetulnya sudah merasa kangen ingin bertemu, dan mudahan-mudahan pihak Indosiar memberikan ijin Meli untuk pulang dulu.

“Bukan pihak keluarga saja menanti ingin bertemu, tapi warga juga hal sama. Mungkin karena adanya masa pandemi Covid-19, sehingga pihak menejemen Indosiar belum mengijinkan,” tutupnya. (Red)

pasang iklan anda

Komentar

Berita populer