oleh

Peluncuran Buku Smaradharmayu, Sebagai Dokumentasi Cerita Budaya Daerah Indramayu

INDRAMAYU – Telah diluncurkan Buku Smaradharmayu yaitu suatu karya terbaik Putera Indramayu yang menceritakan tentang khazanah kesenian tradisional Daerah yang selama bertahun-tahun mewarnai etika dan estetika dalam kehidupan sosial kemasyarakatan salah satunya adalah seni Wayang Golek Menak atau Cepak.

Peluncuran buku smaradharmayu difasilitasi Bidang Kebudayaan Kemendikbud RI, yang mana terselenggaranya acara tersebut merupakan bentuk apresiasi terhadap kesenian tradisional Daerah Indramayu, dalam bentuk pagelaran seminar, peluncuran buku ‘Smaradharmayu’, anugerah budaya dan pagelaran wayang golek, dimana kegiatan tersebut berlangsung di Gedung Kesenian Indramayu, pada Sabtu kemarin (28/11/2020).

Salah satu Penulis, Faris Al Faisal mengatakan, Buku Smaradharmayu merupakan hasil deteksi merekam jejak peninggalan sejarah kebudayaan maupun kesenian daerah yang ada di Kabupaten Indramayu.

“Sebenarnya di dalam khazanah indramayu itu ada sastra lisan, salah satunya adalah sastra yang dilisankan oleh para dalang Pewayangan dalam hal ini adalah wayang golek,” tutur Faris.

Masih lanjutnya, cerita yang ada di dalam Wayang Golek tersebut di angkat melalui pendokumentasian sastra lisan yang berasal dari para dalang, lalu dideskripsikan kedalam buku Smaradharmayu.

“Adapun isi buku Smaradharmayu adalah menceritakan tentang kisah-kisah Panji yaitu kisah-kisah para pangeran yang berada di kerajaan, kisah menak yang berasal dari timur tengah yaitu kisah seputar sahabat para nabi, dan babat pada wayang golek Indramayu,” jelasnya.

Faris berharap, dengan diluncurkannya buku Smaradharmayu yang bekerjasama dengan Kemendikbud RI, dapat memberikan sumbangsih wawasan pengetahuan kebudayaan kepada seluruh masyarakat Indramayu maupun khazanah kesenian tradisional Indonesia.

“Saya sebagai salah satu penulis dibuku ini berharap kedepannya, ada frasa lisan lain yang harus dituliskan dibuku ini, misalnya kisah-kisah yang ada pada cerita Sandiwara dan Tarling itu dapat didokumentasikan sehingga kesussastraan daerah khususnya kabupaten Indramayu memiliki banyak khazanah yang bukan hanya sastra lisan tetapi juga ada sastra tulisan,” tutupnya.

Sementara itu, Arkeolog Universitas Indonesia, Profesor Agus Ari Munandar, selaku narasumber dalam acara seminar buku Smaradharmayu ikut serta memberikan komentar positif terkait peluncuran buku tersebut.

“Buku ini sangat bagus, karena buku ini hasil dokumentasi dari sastra lisan yang dialih mediakan dalam bentuk tulisan. Sebagaimana diketahui sastra lisan itu bisa hilang, ketika orang sudah tidak ingat lagi, kalo saja tidak ada buku ini bisa jadi hilang semua sastra lisan yang ada,” ucap Agus Ari Munandar.

Agus Ari Munandar yang merupakan seorang Profesor Arkeolog asli Indramayu ini berharap, kedepannya ada karya serupa yang dapat mendokumentasikan sastra lisan yang masih belum dituliskan dalam buku agar tidak tercecer dan hilang begitu saja.

“Tadi para penulisnya bilang hanya lima puluh cerita dari sekitar tiga ratusan cerita di Indramayu yang di bukukan, ya Alhamdulillah lima puluh cerita tersebut bisa didokumentasikan,” katanya.

Agus Ari Munandar sangat mengapresiasi rangkaian pagelaran peluncuran buku Smaradharmayu, yang telah dilakukan oleh para pegiat kesenian Indramayu.

“Jadi mulai dari peluncuran buku, anugrah budaya, dan pertunjukan kesenian dijadikan dalam satu acara itu masih langka sekali, jadi ini juga merupakan suatu babak baru untuk Indramayu yang meminati kebudayaan,” pungkasnya.

Sementara itu, salah satu tamu undangan, Mustofa yang mewakili dari Forum Indramayu Studi mengatakan, peluncuran buku Smaradharmayu sangat memberikan kesan yang baik bagi khazanah kesenian dan kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Indramayu.

“Menurut saya peluncuran buku ini sangat bagus sekali, karena kita bisa mengetahui tentang budaya Indramayu, ternyata ada juga kisah-kisah panji yang ada di Indramayu ini dan memiliki ciri khas tersendiri,” tutupnya.(Selamet H)

pasang iklan anda

Komentar

Berita populer